Rabu, 18 Juli 2018

SATU LANGKAH LAGI IGI DI TANAH PAPUA TAHUN 2018

Dalam seminggu empat kepengurusan daerah/wilayah telah terbentuk
Oleh
Chandra Sri Ubayanti, M.Pd
Pengukuhan Pengurus Pusat IGI reshuffle ke-2 yang diselenggarakan berbarengan dengan Temu Nasional Pelatih (TNP) pada tanggal 6 Januari 2018 di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Pusat yang lalu merupakan babak kebangkitan pergerakan IGI di tanah Papua selangkah lebih maju. Saya dilantik menjadi Wakil Ketua Umum Pengebangan Regional XIV untuk Papua dan Papua Barat. Tugas ini tidak serta merta saya ambil, bahkan sebaliknya sempat saya tolak. Membayangkan luasnya wilayah tugas saja sudah merinding, mengkerut, merasa kecil, merasa tak sanggup. Bagaimana saya harus memulai dan dengan cara apa tidak ada yang bisa memberi tahu. Namun perlahan dukungan dari banyak pihak, keluarga, rekan-rekan di PP dan sesama IGIers menjadi suluh untuk mulai mengambil langkah pertama.
Langkah diawali dengan rekrutmen anggota IGI dengan menyebar undangan dalam dua grup whatsapp, yaitu grup Persiapan IGI Papua, dan Papua Barat Undangan dalam bentuk formulir online membantu terkumpulnya teman-teman di Papua dan Papua Barat yang tertarik dengan IGI dengan cepat. Ada tiga hal tujuan kedua grup itu terbentuk, yaitu (1) mensosialisasikan IGI, (2) membentuk kepengurusan IGI Wilayah Papua dan Papua Barat, dan (3) merencancakan kegiatan pelatihan/seminar sekaligus pelantikan pengurus. Seiring waktu dua grup tadi bertambah menjadi gurup-grup persiapan IGI daerah karena beberapa daerah merasa perlu untuk membentuk kepengurusan juga. Hal yang diluar perkiraan namun mengindikasikan adanya semangat berIGI dari teman-teman di Papua dan Papua Barat.
Bagaimana mencapai tiga  tujuan ini? Beberapa orang yang ke luar dari grup karena merasa tak sepaham dengan visi misi IGI, sulitnya mencari orang yang mau masuk dalam kepengurusan, dan bagaimana caranya agar teman-teman anggota yang baru masuk IGI ini mau menyelenggaran kegiatan pelatihan/seminar adalah hal yang dialami. Lalu dipilih strategi satu sekolah menjadi tuan rumah untuk dua pelatihan dengan syarat minimal 50 orang anggota IGI. Melalui share info dari salah seorang anggota IGII di grup sekolahnya. Kepala Sekolah SMA ASISI Sentani, pak Heribertus merespon pertama kali program ini. Jumlah guru SMA ASISI kurang dari 50. Solusinya kemudian tiga sekolah digabung namun diselenggarakan di satu sekolah. Niat SMA ASISI untuk menjadi tuan rumah pelatihan IGI menjadi trigger bagi sekolah lain.
Untuk Papua, SMA ASISI Sentani Jayapura dan SMP Muhammadiyah Abepura Jayapura bersedia. Untuk Papua Barat, SMA Negeri 1 Kabupaten Sorong pun bersedia menjadi tuan rumah pelatihan IGI. Dua persiapan pun dilakukan, persiapan kegiatan pelatihan dan pelantikan pengurus. Dari mana dana kegiatan, bagaimana harus mengumpulkan peserta, siapa yang mau bekerja menjadi panitia pelaksana kegiatan, bagaimana rancangan pelantikan, pejabat siapa saja yang datang, bagaimana konsumsi, di mana narasumber ditaruh untuk menginap serta masalah transprtasi selama tiga hari kegiatan, bagaimana pula urusan publikasi, dan tak kalah penting legalitas kegiatan agar sertifikat yang dikeluarkan dapat digunakan oleh para peserta saat mengurus kenaikan pangkat. Cukup banyak yang harus dipikirkan dan diselesaikan, karena semua teman-teman di daerah berangkat dari nol baik dana mapun pengetahuan tentang ke-IGI-an. Alhamdulillah, komunikasi yang harmonis melalui WA dan telepon dapat membangun koordinasi yang baik. Papua yang luas ternyata bisa diatasi tanpa tatap muka.
Pada pelatihan IGI di Jayapura dan Sorong ini transportasi narasumber ditanggung IGI Pusat. Keperluan kegiatan di daerah menjadi tanggung jawab sekolah atau panitia kegiatan. Beberapa sponsor lokal ikut membantu penyelenggaraan, bahkan peserta memberikan kontribusi untuk fasilitas konsumsi dan sertfikat. Untung pula di IGI dikenal isitilah Guru Saudara, rekan IGIers yang bersedia membuka rumahnya untuk tempat narasumber menginap selama kegiatan. Hal inilah yang menjadi ciri kemadirian IGI, yang dapat bergerak meski tak ada bantuan dana dari pemerintah.
Direncanakan tanggal 12-13 Juli 2018 kegiatan di SMA ASISI Sentani Jayapura, sedangkan di SMP Muhammadiyah Abepura Jayapura pada tanggal 13-14 Juli 2018. Materi yang dilatihkan adalah materi dari kanal pelatihan Sagudelta (Satu Guru Dua Evaluasi Digital, founder: Khairuddin, S.Pd., M.Pd.)  dan Saguwarna (Satu Guru Pewaris Budaya Nasional, founder: Chandra Sri Ubayanti, M.Pd.). Penetapan tanggal ini hasil diskusi panitia daerah agar pada tanggal 13 kedua pelatih dapat saling bertukar posisi hingga tidak ada kekosongan.  Jarak kedua sekolah cukup jauh. Ini menjadi pengalaman yang berkesan saat bertukar posisi karena harus berkendara sekitar satu jam melalui jalanan yang berkelok-kelok. Agar tidak terlambat kami berkendara cukup kencang, walhasil tiba di lokasi kegiatan harus menahan rasa pusing dan mual.
Tidak hanya perjalanan menegangkan ini yang menarik. Semangat peserta hingga tidak mau beranjak mengambil konsumsi saat istirahat atau masih tetap bertahan di ruangan meski kegiatan telah ditutup adalah sesuatu sekali. Hampir semua guru peserta menunjukkan antusias yang tinggi dalam mengikuti kegiatan. Kehadiran di hari kedua yang tetap seratus persen bahkan bertambah juga mengindikasikan bahwa para guru sangat haus dengan pengetahuan yang baru terkait dengan perancangan dan penilaian berbasis digital dan budaya lokal. Pelatihan ditutup dengan pelantikan pengurus IGI Wilayah Papua dan IGI Kabupaten Jayapura. Dikukuhkan oleh Pengurus Pusat IGI yang dalam hal ini diwakili kedua narasumber yang juga merupakan pengurus IGI Pusat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua (Kasubdit. GTK Provinsi Papua) dan Dewan Pakar (STIKES Jayapura) juga menjadi saksi prosesi pelantikan ini.
Tiga hari di Jayapura, IGI masih terus melebarkan sayapnya ke Papua Barat, tepatnya di Kabupaten Sorong. Pelatihan yang sama pada tanggal 15 dan 16 Juli 2018 dilaksakan sekaligus pelantikan dua daerah, yaitu Kota dan Kabupaten Sorong. Jumlah, animo, dan antusiasme peserta baik di Papua maupun di Papua Barat dapat dikatakan memiliki kesamaan. Standar peserta 50 yang ditargetkan ternyata selalu terlampaui. Diminta untuk berhenti istirahat pun enggan beranjak saking asyiknya belajar. Ini sungguh menggembirakan. Menghilangkan rasa lelah kami sebagai narasumber. Padahal tiap peserta perlu menempuh perjalanan cukup jauh dalam dua hari pelatihan.
Esok kami harus bertolak pulang kembali ke tempat tugas asal. Saya ke Fakfak, dan pak Khairuddin ke Aceh Timur. Terima kasih IGI, atas kesempatan tumbuh bersama ini. Lebih khusus kepada sahabat saya, motivator saya, pak Khairuddin, S.Pd.,M.Pd. yang meski harus melintasi pulau dan lautan dari Aceh ke Papua.

0 komentar:

Posting Komentar